A Story Of Jessica : Goodbye, Dit !

Di kesunyian kamar, masih di kota pengasingan yang sama.

Aku men-scroll handphone tanpa tujuan, lalu memilih untuk menyanyi dengan volume lirih. Kutekan button play dan mulai mengiringi liriknya pelan. Sekedar meramaikan suasananya hening dini hari saat aku insomnia. Tanpamu, yang biasanya memberiku hadiah sebuah buku-buku filsafat untuk membuatku jenuh, sampai akhirnya tertidur tepat di dadamu.
Everybody’s laughing in my mind
Rumors spreading about this other guy
Do you do what you did what you did with me
Does he love you the way I can
Did you forget all the plans that you made with me
Cause baby I didn’t

That should be me holding your hand
Pause.

Kalau boleh mengakui intuisiku, Dit. Sebenarnya aku ingin terus bersamamu, tanpa cela, tanpa kesalahanmu yang tak bisa di pretensi lagi. Kedekatanmu dengan rekan kerjamu, bahkan fotomu merangkul pundaknya, dan segala sesuatu yang kuketahui dari sahabatku sendiri adalah perih setelah setahun yang lalu, kamu berjanji - untuk hidup dan mati, susah senang, tawa tangis - selamanya bersamaku, didepan ayahku sendiri. Aku kira menikah adalah segala puncak kebahagiaan, tapi nyatanya tidak kutemukan bersamamu, Dit.

Jatuh cinta setelah menikah adalah kemungkinan. Tapi itu mungkin hanya nafsumu saja, sayang. Yang selalu mencari-cari kelemahanku, lalu mencari kelebihan yang tak aku punya di hati yang lain.

Setelah aku renungkan, mungkin berjalan didalam prinsip masing-masing adalah suatu keputusan gila yang aku pikirkan beribu-ribu kali malam ini. Dan aku memilih untuk tidak menepati janji untuk pulang. Iya, aku akan pulang, dengan permintaan yang kontradiktif dengan apa yang kau ekspektasikan sebelumnya.

Berjanjilah untuk menjadi dirimu yang dulu aku kenal, Dit. Lelaki cerdas, berwibawa, dan hebat dimataku. Jauh sebelum kamu melukai hatiku.

Bukan suatu kemustahilan kau akan terus bisa berbagi cerita bersamaku. Sebelum kita memutuskan untuk bertukar cincin pun, kau adalah sahabat yang baik. Pendengar yang baik. Bukankah hal terbaik dalam persahabatan adalah tidak perlu berubah ketika keadaan didalamnya berubah ? 

Aku hanya tidak ingin menghapus cerita kita, meskipun ada luka. Tetaplah bersamaku, Dit.

"Bagaimana pagimu, Jes?"

Berapapun pesan singkat darimu tidak akan kubalas. 

Jadilah diriku agar kamu tahu bahwa luka setelah janji bukan main-main. Bahkan kalau aku diujung keputus-asaan, aku ingin mati. Sayangnya, hanya seputung rokok dan sehisap barang berhasil meracuni tubuhku, untuk pertama kalinya, semenjak aku hidup di dunia.

"Aku akan menemuimu. Besok."




Tidak ada komentar