A Story of Radit : Do U Love Me, Jes ?

Di tengah laporan yang harus aku selesaikan sampai dini hari, ada kerinduan meyelinap hangat. Ada kesenangan bahwa dia sudah berjanji, meskipun gesturnya membuatku ragu. Aku sudah bisa menerawang kemana arah pikiranmu, Jes. Cara bicaramu, caramu berbohong, caramu menutupi semua rahasia, semua sudah bukan rahasia lagi, bagiku.

Kalau aku boleh berbagi cerita denganmu, sekarang aku juga sedang menikmati kopi aceh yang sangat pahit untuk membuat mataku lebih terbelalak lagi. Menunggumu yang sedang duduk di lobi kantor dengan sebuah payung berwarna biru. Tapi sayangnya, setelah aku bolak-balik 5x dari lantai 5 kantorku, aku tidak mendapatimu.

Aku merasa menjadi orang bodoh.

"Itu salahmu, Dit."
 
Itu katamu dengan  air mata tak terelakkan setelah kau memutuskan untuk pergi. Iya, itu salahku, Sayang. Tapi berjanjilah untuk pulang. Aku merindukan aroma sop dengan bumbu tangan khasmu dan omelet yang sengaja kau buat lebih asin dari posi garamku. Senyuman pagi diatas bed beralaskan beludru lembut. Dan pelukanku sebelum aku peri ke kantor.

Aku tahu kamu wanita hebat. Semua orang berfikir bahwa kamu, sangat bahagia, dengan rangkulan melingkar di lenganku setiap kita bertatap dengan siapapun. Sikapmu yang dingin nan bersahaja. Memilih untuk pergi ketimbang merasakan perih setiap melihat wajahku lagi, setiap hari.

Aku menghargai keputusanmu dan pedihnya aku, yang pernah membawa luka - dalam dirimu yang tak seharusnya begitu.

Tapi ketahuilah, Jes. Dia adalah wanita hebat juga sepertimu, tapi bukan berarti aku lebih mencintainya.

Kembali pulang ya, Sayang.

"Do U Love Me, Jes?"



Tidak ada komentar